Senin, 11 Juni 2012

Potret Partai Politik Saat ini


”Potret Partai Politik Saat ini”

Siapa yang tak tahu partai politik itu apa ? Ya! Memang definisi partai politik belum diketahui secara jelas kepada masyarakat, mungkin yang lebih terngiang di benak masyarakat ketika mendengar kata ”partai politik” langsung tertuju kepada kegiatan praktek-praktek keji seperti Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN).
Seperti yang dikutip dari buku karangan Budiarjo, Miriam, "Dasar-Dasar Ilmu Politik", (Jakarta: PT. Gramedia, 1989), hal.159. ”Partai politik adalah kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik - (biasanya) dengan cara konstitusional - untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka.”








Pada dasarnya dianggap perlu bahwa pemahaman mengenai arti partai politik ini di suarakan kepada masyarakat agar persepsi atau pandangan yang timbul tidak selalu berbau negative. Meskipun pada kenyataannya tidak dapat kita pungkiri ada praktek-praktek KKN didalamnya.
Dalam politik terdapat orang-orang atau lembaga didalamnya yang turut serta dalam kegiatan politik yaitu masyarakat umum disebut dengan simpatisan politik sedangkan orang yang langsung bermain di arena politik disebut dengan politisi. Dan lembaga yang merupakan alat politik dari simpatisan politik dan politisi adalah partai politik.
Disisi lain, partai politik merupakan alat komunikasi politik masyarakat untuk menyuarakan aspirasi terhadap penguasa agar tercapainya keinginan-keinginan yang hendak dicapai.







Adanya pertumbuhan dan bermunculannya partai politik ini merupakan kemajuan dari reformasi yang telah kita lewati tahun 1999 silam, reformasi menyediakan ruang demokrasi dan demokrasi menyediakan ruang kepada rakyat untuk menyapaikan aspirasi mereka dengan sebebas-bebasnya.
Adapun tujuan partai politik menurut Undang-undang no.2 tahun 2008 tentang partai politik, yaitu
·         mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pembukaan undang-undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945
·         menjaga dan memelihara keutuhan negara kesatuan republik Indonesia
·         mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan pancasila dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam negara kesatuan republik Indonesia
·         mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
·         meningkatkan partisipasi politik anggota dan masyarakat dalam rangka penyelenggaraan kegiatan politik dan pemerintahan
·         memperjuangkan cita-cita partai politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
·         membangun etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
Melihat tujuan partai politik yang ada tersebut memanglah sangatlah mulia, tetapi sekarang kalau kita bisa berbicara secara objektif maka yang terjadi adalah tujuan-tujuan adanya partai politik ini sepertinya hanya isapan jempol belaka yang hanya menjadi penghias tebalnya UU no. 2 tahun 2008.
Kehausan kalangan politisi dan partai politik terhadap kekuasaan menjadikan rakyat sebagai sapi perah dan objek praktek kejam politik selama ini. Potret partai politik yang ada saat ini bisa dikatakan suram dan tenggelam.
Kehausan kekuasaan ini merupakan efek negative yang timbul dari transaksi-transaksi politik yang ada saat ini dikalangan politisi, mulai dari pusat sampai daerah praktek transaksi politik ini masih dan akan terus berlanjut sebelum terbenahinya dengan baik sistem perpolitikan tanah air.
Di tingkat masyarakat, hanya partai-partai besar yang mampu terus eksis di luar masa kampanye dan pemilu. Itu pun kebanyakan partai masih “tidur” kalau tidak ada pemilu. Apalagi banyak partai-partai kecil yang sekarang sudah hilang dan tenggelam bagai ditelan bumi selepas pemilu usai.
Kemampuan kader partai politik yang masih jauh dari apa yang diharapkan masyarakat menjadikan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap partai politik tidak begitu tinggi.
Kemalasan dan ketidak berdayaan partai politik untuk merekrut kader yang berkompeten dibidangnya menimbulkan kesan bahwa partai politik lebih mengengedepankan kepentingan kekuasaan daripada kepentingan rakyat.
Merekrut kader yang asal ambil tanpa menimbang-nimbang kompetensi dan kapabilitas dibidangnya merupakan suatu hal yang sama sekali tidak menguntungkan simpatisan politik dalam hal ini masyarakat umum.
Sehingga tidak heran bahwa saat ini yang terjadi adalah maraknya selebritis yang menjadi wakil rakyat berkat praktek instan perpolitikan di tanah air ini. Sebenarnya sah sah saja siapapun orangnya boleh untuk menjadi wakil rakyat atau anggota partai politik asalkan memang memiliki kompetensi dan kapabilitas unggul yang diharapkan masyarakat luas.
Di lain hal berbagai kasus dan intrik politik yang terjadi saat ini membuat citra partai politik semakin suram. Terkuaknya kasus-kasus korupsi merupakan bukti bahwa praktek keji politisi masih bergentayangan dipanggung politik tanah air. Hal tersebut dapat menyimpulkan bahwa tujuan-tujuan yang telah ditentukan memang lah belum diwujudkan bahkan tidak dilakukan oleh partai politik.
Sebut saja contoh kasus yang mendera partai Demokrat yang sedang panas saat ini, seperti kasus wisma atlet, hambalang dan century. Kecerdasan menyikapi suatu persoalan memang dianggap penting dalam menyikapi hal tersebut.
Kejahatan intrik –intrik politik yang ada saat ini dengan cara saling menjatuhkan, memfitnah dan lain-lain. Yang secara terus menerus disajikan atau ditampilkan oleh berbagai media massa yang ada di negeri ini membuat kita semakin terperangah dengan lelucon intrik politik yang ada saat ini.
Lucu memang melihat perdebatan politisi diberbagai kesempatan acara yang dapat kita ikuti secara langsung baik lewat tv, radio ataupun media komunikasi lainnya.
Kelucuan yang ditampilkan tersebut bukan menjadikan kita tertawa terbahak-bahak, tetapi menjadikan kita geli akan intrik politik kalangan politisi yang semakin carut marut.
Banyak aksi adu domba, fitnah, kebohongan dan aksi-aksi yang negative dipertontonkan dihadapan publik. Disamping itu banyak pula aksi-aksi yang menampilkan kebenaran serta fakta-fakta positive.









Namun kerancuan yang ada dari beberapa aksi tersebut sulit dibedakan mana yang negative dan positive. Sehingga disitulah diperlukan kecermatan dan ketenangan simpatisan politik atau masyarakat umum untuk menyimak dan mencernanya secara baik-baik.
Keberadaan diskusi publik antar politisi yang ditampilkan tersebut sebenarnya baik untuk pembelajaran politik terhadap masyarakat umum. Namun ada kalanya diskusi yang ditampilkan tersebut bukan memberikan pembelajaran politik yang baik terhadap masyarakat umum.
Dari diskusi itu sebenarnya kita dapat mengambil suatu kesimpulan awal bahwa semua politisi di negeri ini haus akan kekuasaan dan lebih mengedepankan kepentingan partai politiknya daripada konstituennya atau masyarakat umum.
Perjalanan partai politik Indonesia ke arah kemajuan masihlah panjang. Selagi kita belajar tentang demokrasi selama kurang-lebih sepuluh tahun terakhir. Saat ini pun partai politik kita juga sedang belajar tentang organisasi dan manajemen.
Sehingga dari masyarakat umum yang bertindak sebagai pemilih diperlukan ketelitian untuk memberikan dukungan kepada partai politik, tapi juga kesabaran pemilih untuk memberikan kesempatan kepada partai politik pilihan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar