Selasa, 19 November 2013

Risiko Keuangan


Tugas Softskill

Asuransi dan Manajemen Risiko



gundar



































Risiko Keuangan



Oleh:

Galuh Adhitia Putra - 53211000 - (3DF01)















Universitas Gunadarma

Depok

2013







Tujuan utama manajemen risiko keuangan adalah untuk meminimalkan potensi kerugian yang timbul dari perubahan tak terduga dalam harga mata uang, kredit, komoditas, dan ekuitas. Resiko volatilitas harga yang dihadapi ini disebut dengan resiko pasar. Risiko pasar terdapat dalam berbagai bentuk.

Meskipun volatilitas harga atau tingkat, akuntan manajemen perlu mempertimbangkan resiko lainnya:

1.       risiko likuiditas, timbul karena tidak semua produk manajemen dapat diperdagangkan secara bebas

2.       diskontinuitas pasar, mengacu pada risiko bahwa pasar tidak selalu menimbulkan perubahan harga secara bertahap

3.       risiko kredit, merupakan kemungkinan bahwa pihak lawan dalam kontrak manajemen risiko tidak dapat memenuhi kewajibannya

4.       risiko regulasi, adalah risiko yang timbul karena pihak otoritas public melarang penggunaan suatu produk keuangan untuk tujuan tertentu

5.       risiko pajak, merupakan risiko bahwa transaksi lindung nilai tertentu tidak dapat memperoleh perlakuan pajak yang diinginkan, da

6.       risiko akuntansi, adalah peluang bahwa suatu transaksi lindung nilai tidak dapat dicatat selain bagian dari transaksi yang hendak dilindung nilai.

MENGAPA MENGELOLA RISIKO KEUANGAN

Pertama, manajemen eksposur membantu dalam menstabilkan ekspektasi arus kas perusahaan. Manajemen eksposur yang aktif memungkinkan perusahaan untuk berkonsentrasi pada risiko bisnisnya yang utama. Para pemberi saham, karyawan, dan pelanggan juga memperoleh manfaat dari manajemen eksposur. Pemberi pinjaman umumnya memiliki toleransi risiko lebih rendah dibandingkan dengan pemegang saham, sehingga membatasi eksposur perusahaan untuk menyeimbangkan kepentingan pemegang saham dan pemegang obligasi.

PERANAN AKUNTANSI

Akuntansi manajemen memainkan peran yang penting dalam proses risiko manajemen. Mereka membantu dalam mengidentifikasikan eksposur pasar, mengkuantifikasi keseimbangan yang terkait dengan strategi respons risiko alternative, mengukur potensi yang dihadapi perusahaan terhadap risiko tertentu, mencatat produk lindung nilai tertentu dan mengevaluasi program lindung nilai.

Kerangka dasar yang bermanfaat untuk mengidentifikasi berbagai jenis risiko market berpotensi dapat disebut sebagai pemetaan risiko. Kerangka ini diawali dengan pengamatan atas hubungan berbagai risiko pasar terhadap pemicu nilai suatu perusahaan dan pesaingnya. Pemicu nilai mengacu pada kondisi keuangan dan pos-pos kinerja operasi keuangan utama yang mempengaruhi nilai suatu perusahaan. Risiko pasar mencakup risiko kurs valuta asing dan suku bunga, serta risiko harga komoditas dan ekuitas. Mata uang Negara sumber pembelian mengalami penurunan nilai relative terhadap mata uang Negara domnestik, maka perubahan ini dapat menyebabkan pesaing domestic mampu menjual dengan harga yang lebih rendah, ini disebut sebagai risiko kompetitif mata uang yang dihadapi. Akuntan manajemen harus memasukkan suatu fungsi demikian probabilitas yang terkait dengan serangkaian hasil keluaran masing-masing pemicu nilai. Peran lain yang dimainkan oleh para akuntan dalam proses manajemen resiko meliputi proses kuantifikasi penyeimbangan yang berkaitan dengan alternative strategi respon risiko. Risiko kurs valuta asing adalah salah satu bentuk risiko yang paling umum dan akan dihadapi oleh perusahaan multinasional. Di dalam dunia kurs mengambang, manajemen risiko mencakup:

1.       antisipasi pergerakan kurs

2.       pengukuran risiko kurs valuta asing yang dihadapi perusahaan

3.       perancangan strategi perlindungan yang memadai, dan

4.       pembuatan pengendalian manajemen risiko internal. 

Manajer keuangan harus memiliki informasi mengenai kemungkinan arah, waktu, dan magnitude perubahan kurs dan dapat menyusun ukuran-ukuran defensive memadai dengan lebih efisien dan efektif.

Potensi terhadap risiko valas timbul apabila perubahan kurs valas juga mengubah nilai aktiva bersih, laba, dan arus kas suatu perusahaan. Pengukuran akuntansi tradisional terhadap potensi risiko valas ini berpusat pada dua jenis potensi risiko: translasi dan transaksi.

Potensi risiko translasi mengukur pengaruh perubahan kurs valas terhadap nilai ekuivalen mata uang domestik atas aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing yang dimiliki oleh perusahaan. Karena jumlah dalam mata uang asing umumnya ditranslasikan ke dalam nilai ekuivalen mata uang domestik untuk tujuan pengawasan manajemen atau pelaporan keuangan eksternal, pengaruh translasi itu menimbulkan dampak langsung terhadap laba yang diinginkan. Kelebihan antara aktiva terpapar resiko dengan kewajiban terpapar (yaitu pos-pos dalam mata uang asing yang ditranslasikan berdasarkan kurs kini) menyebabkan timbulnya posisi aktiva terpapar bersih. Posisi ini sering disebut potensi risiko positif. Devaluasi mata uang asing relatif terhadap mata uang pelaporan menimbulkan kerugian translasi. Revaluasi mata uang asing menghasilkan keuntungan translasi. Sebaliknya, jika perusahaan memiliki posisi kewajiban terpapar bersih atau potensi risiko negatif apabila kewajiban terpapar melebihi aktiva terpapar. Dalam kasus ini, devaluasi mata uang asing menyebabkan timbulnya keuntungan translasi. Revalusi mata uang asing menyebabkan kerugian translasi.

Potensi risiko transaksi, berkaitan dengan keuntungan dan kerugian nilai tukar valuta asing yang timbul dari penyelesaian transaksi yang berdenominasi dalam mata uang asing. Keuntungan dan kerugian transaksi memiliki dampak langsung terhadap arus kas. Laporan potensi risiko transaksi berisi pos-pos yang umumnya tidak muncul dalam laporan keuangan konvensional, tetapi menimbulkan keuntungan dan kerugian transaksi seperti kontrak forward mata uang asing, komitmen pembelian dan penjualan masa depan dan sewa guna usaha jangka panjang.

Untuk meminimalkan atau menghilangkan potensi risiko tersebut, dibutuhkan strategi yang mencakup lindung nilai neraca, operasional, dan kontraktual. Lindung nilai neraca dapat mengurangi potensi risiko yang dihadapi perusahaan dengan menyesuaikan tingkatan dan nilai denominasi moneter aktiva dan kewajiban perusahaan yang terpapar. Lindung nilai operasional berfokus pada variabel-variabel yang mempengaruhi pendapatan dan beban dalam mata uang asing. Lindung nilai structural mencakup relokasi tempat manufaktur untuk mengurangi potensi risiko yang dihadapi perusahaan atau mengubah Negara yang menjadi sumber bahan mentah dan komponen manufaktur. Lindung nilai kontraktual dikembangkan untuk memberikan fleksibilitas yang lebih besar kepada para manajer dalam mengelola potensi risiko valas yang dihadapi.


PERLAKUAN AKUNTANSI

FASB menerbitkan FAS No 133, yang diklarifikasi melalui FAS 149 pada bulan April 2003, untuk memberikan pendekatan tunggal yang komprehensif atas akuntansi untuk transaksi derivative dan lindung nilai. Provisi dasar standar ini adalah:

·         seluruh instrument derivative dicatat pada neraca sebagai aktiva dan kewajiban

·         keuntungan dan kerugian dari perubahan dalam nilai wajar instrument derivative bukankan aktiva atau kewajiban

·         lindung nilai haruslah sangat efektif agar layak mendapatkan perlakuan akuntansi khusus, yaitu keuntungan atau kerugian atas instrument lindung niai secara tepat harus mengimbangi keuntungan dan kerugian sesuatu yang dilindungi nilai

·         hubungan lindung nilai haruslah terdokumentasi secara lengkap demi manfaat pemvaca laporan

·         keuntungan atau keruhian dari investasi bersih dalam mata uang asing pada awalnya dicatat dalam laba komprehensif lainnya

·         keuntungan atau kerugian lindung nilai terhadap arus kas masa depan yang belum pasti, seperti perkiraan penjualan ekspor, pada awalnya diakui sebagai bagian dari laba komprehensif.
a

Meskipun aturan penuntun yang dikeluarkan FASB dan IASB telah banyak mengklarifikasi pengakuan dan pengukuan derivative, masih saja terdapat beberapa masalah. Yang pertama berkaitan dengan nilai wajar. Kompleksitas pelaporan keuangan juga semakin meningkat jika lindung nilai dianggap sangatlah tidak efektif untuk mengimbangi risiko valas.

Manajemen Keuangan Internasional: MNC Perusahaan-perusahaan secara berkesinambungan menciptakan dan menerapkan strategi-strategi baru untuk memperbaiki arus kas mereka dalam rangka meningkatkan kekayaan pemegang saham. Sejumlah strategi mengharuskan dilakukannya ekspansi dalam pasar local. Strategi-strategi lain mengharuskan penetrasi ke dalam pasar asing. Pasar luar negeri bisa sangat berbeda dari pasar lokal. Pasar luar negeri menciptakan kesempatan timbulnya peningkatan arus kas perusahaan.

Banyaknya hambatan masuk ke dalam pasar luar negeri yang telah dicabut atau berkurang, mendorong perusahaan-perusahaan untuk memperluas perdagangan internasional. Konsekuensinya, banyak perusahaan nasional berubah menjadi perusahaan multinasional (multinasional corporation) yang didefinisikan sebagai perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam suatu bentuk bisnis internasional.

Tujuan MNC sendiri secara umum adalah memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Penentuan tujuan sangat penting bagi sebuah MNC, karena semua keputusan yang akan dilakukan harus memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan tersebut. Setiap usulan kebijakan korporasi tidak hanya perlu mempertimbangkan laba potensial, tetapi juga risiko-risikonya. Sebuah MNC harus membuat keputusan-keputusan berlandaskan tujuan yang sama dengan tujuan perusahaan domestik murni. Tetapi di sisi lain, perusahaan MNC memiliki kesempatan yang jauh lebih luas, yang membuat keputusannya menjadi lebih kompleks.

Proses pencapaian tujuan tidak lepas dari hambatan atau kendala yang akan menghalangi pencapaian tujuan tersebut. MNC sebagai sebuah perusahaan yang beroperasi di banyak negara harus mampu melimpahkan wewenang kepada manajer anak perusahaan yang ada di luar negeri. Biaya dari kondisi ini dikenal dengan nama agency cost. Agency cost pada perusahaan MNC lebih besar daripada agency cost pada perusahaan domestik. Perbedaan ini dapat terjadi karena beberapa hal seperti, sulitnya memonitor manajer-manajer dari anak-anak perusahaan yang letaknya jauh dari negara asal. Manajer-manajer anak perusahaan luar negeri yang tumbuh dalam budaya yang berbeda mungkin tidak mau mengejar tujuan yang seragam. Besarnya ukuran dari perusahaan multinasional raksasa juga menciptakan agency cost yang besar.

Besarnya agency cost bervariasi menurut gaya manajemen suatu perusahaan multinasional. Gaya manajemen terpusat bias mengurangi agency cost karena gaya semacam ini memungkinkan manajer-manajer perusahaan induk untuk mengontrol anak perusahaan di luar negeri, sehingga mengurangi kekuasaan manajer-manajer anak perusahaan. Akan tetapi, manajer-manajer perusahaan induk mungkin tidak sebaik manajer-manajer anak perusahaan karena manajer-manajer perusahaan induk kurang memiliki pengetahuan tentang lingkungan anak perusahaan. Sebaliknya, gaya manajemen terdesentralisasi bias menimbulkan agency cost yang lebih besar jika manajer-manajer anak perusahaan membuat keputusan-keputusan yang tidak dilandasi oleh tujuan memaksimumkan nilai perusahaan induk secara keseluruhan. Gaya manajemen ini memiliki kelebihan lain, yaitu dekatnya manajer-manajer anak perusahaan ke operasi dan lingkungan anak perusahaan.

Adanya untung-rugi dari pemakaian salah satu gaya manajemen di atas, sejumlah perusahaan multinasional berupaya untuk memanfaatkan keunggulan dari kedua gaya manajemen tersebut. Perusahaan induk memperbolehkan manajer-manajer anak perusahaan membuat keputusan-keputusan penting mengenai operasi mereka sendiri, tetapi tetap dimonitor oleh manajemen perusahaan induk untuk menjamin agar keputusan-keputusan tersebut harmonis dengan tujuan perusahaan induk.

Selain agency cost, ada beberapa kendala yang dialami oleh perusahaan MNC seperti, kendala lingkungan, kendala regulatori, dan kendala etika. Kendala lingkungan dapat dilihat dari perbedaan karakteristik tiap negara. Kendala regulatori berupa perbedaan peraturan setiap negara yang ada seperti, pajak, aturan-aturan konversi valuta, serta peraturan-peraturan lain yang dapat mempengaruhi arus kas anak perusahaan. Kendala etika sendiri digambarkan sebagai suatu praktek bisnis yang berbeda-beda di tiap negara.

MNC, dalam melakukan bisnis internasionalnya, secara umum dapat menggunakan metode-metode berikut:

1.       Perdagangan internasional

2.       Licensing

3.       Franchising

4.       Usaha patungan

5.       Akuisisi perusahaan

6.       Pembentukan anak perusahaan baru di luar negeri

Metode-metode bisnis internasional meminta investasi langsung dalam operasi-operasinya di luar negeri atau lebih dikenal dengan sebutan Direct Foreign Invesment. Perdagangan internasional dan pemberian lisensi biasanya tidak dianggap sebagai DFI karena keduanya tidak melibatkan investasi langsung dalam operasi di luar negeri. Franchising dan usaha patungan cenderung meminta investasi langsung, tetapi dalam jumlah relatif kecil. Akuisisi dan pendirian anak perusahaan baru merupakan elemen DFI yang paling besar.

Berbagai peluang serta keuntungan sebuah MNC tidak lepas dari risiko yang akan muncul. Walaupun bisnis internasional dapat mengurangi exposure sebuah MNC terhadap kondisi-kondisi ekonomi negara asalnya, bisnis internasional biasanya juga meningkatkan exposure MNC terhadap pergerakan nilai tukar, kondisi ekonomi luar negeri, dan risiko politik. Sebagian besar bisnis internasional meminta pertukaran satu valuta dengan valuta yang lain untuk melakukan pembayaran. Karena nilai tukar terus berfluktuasi, jumlah kas yang dibutuhkan untuk melakukan pembayaran juga tidak pasti. Konsekuensinya, jumlah unit valuta negara asal yang dibutuhkan untuk membayar bisa berubah walaupun pemasoknya tidak mengubah harga. Selain itu, ketika perusahaan multinasional memasuki pasar asing untuk menjual produk, permintaan atas produk tersebut tergantung pada kondisi-kondisi ekonomi dalam pasar tersebut. Jadi, arus kas perusahaan multinasional dipengaruhi oleh kondisi-kondisi ekonomi luar negeri. Risiko potik sendiri muncul pada saat perusahaan multinasional membentuk anak perusahaan di Negara lain, mereka terbuka terhadap risiko politik, yaitu tindakan-tindakan politik yang diambil oleh pemerintah yang dapat mempengaruhi arus kas perusahaan.

Sabtu, 02 November 2013

Mengelola Risiko Usaha



Tugas Softskill

Asuransi dan Manajemen Risiko



gundar


















Mengelola Risiko Usaha



Oleh:

Galuh Adhitia Putra - 53211000 - (3DF01)















Universitas Gunadarma

Depok

2013








Mengelola Risiko Usaha



Secara sederhana, risiko usaha dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya penyimpangan hasil usaha dari yang diharapkan, atau kemungkinan terjadinya kerugian usaha. Di dalam prakteknya risiko tersebut tidak dapat dihilangkan, pelaku usaha hanya bisa menghindari, menghadapi, memindahkan atau mengurangi risiko tersebut. 

Menghindari berarti tidak melakukan usaha tersebut. Menghadapi berarti bersedia menanggung kerugian yang mungkin akan terjadi/dialami. Memindahkan berarti meminta pihak lain (asuransi misalnya) untuk menanggung risiko yang akan terjadi, dan mengurangi risiko berarti pelaku usaha melakukan berbagai hal untuk mengurangi/memperkecil risiko kerugian yang akan terjadi.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, menurut Dr. Aris Budi Setyawan SE., MM setiap usaha memiliki risiko, mulai dari saat persiapan hingga usaha tersebut sudah berjalan. Pada saat persiapan, banyak risiko sudah menanti, seperti : 

·         Risiko karena salah memilih jenis usaha yang akan dijalankan

·         Risiko karena salah memilih lokasi usaha

·         Risiko karena salah membuat anggaran

·         Risiko karena salah memilih rekanan

·         Risiko karena salah memilih waktu pembukaan usaha

·         Dan masih banyak lagi

Bila risiko-risko saat persiapan tersebut terjadi, maka berbagai kerugian sudah menanti, seperti sepinya pengunjung, membengkaknya biaya, konflik dengan rekan kerja, dan sebagainya.

Disamping itu, banyak risiko juga sudah menanti saat usaha mulai berjalan, di bagian produksi beberapa risiko yang bisa terjadi adalah :

·         Risiko langkanya bahan baku

·         Risiko kenaikan harga bahan baku

·         Risko salah dan keterlambatan kedatangan pesanan bahan baku

·         Risiko kerusakan mesin

·         Risiko listrik atau telepon mati

·         Risiko kesalahan proses produksi, dll

Berbagai macam risiko dibagian produksi tersebut dapat mengakibatkan biaya produksi menjadi naik, sehingga mengurangi daya saing produk. Dampak merugikan lainnya adalah keterlambatan atau terganggunya proses produksi, sehingga mengecewakan konsumen, dan seterusnya.
 

Tidak hanya dibagian produksi, setelah usaha berjalan, bagian pemasaran juga dihadapkan dengan berbagai macam risiko, seperti :

·         Risiko dari adanya persaingan

·         Risiko naik turunnya daya beli masyarakat

·         Risiko berubahnya selera konsumen (tren yang berubah)

·         Risiko kenaikan nilai tukar

·         Risiko karena menjual secara kredit, dll

Berbagai macam risiko pemasaran tersebut dapat menimbulkan kerugian usaha yang diakibatkan dari tidak lancarnya, macetnya cicilan penjualan kredit yang diberikan, pembajakan produk, menurunnya permintaan konsumen karena menurunnya daya beli, usang atau kedaluwarsanya model produk yang dipasarkan, dan setrusnya.

Dalam prakteknya, setelah usaha berjalan, tidak hanya bagian produksi dan bagian pemasaran saja yang memiliki risiko, hampir setiap bagian dihadapkan pada berbagai macam risiko, bagian SDM juga memiliki risiko, seperti tidak hadirnya karyawan, berpindahnya karyawan kunci ke perusahaan pesaing, demo yang dilakukan karyawan, sakitnya karyawan, dan sejenisnya. Secara umum risiko tersebut akan mengakibatkan terganggunya proses produksi, proses pemasaran, dan proses dalam sebuah usaha lainnya. 

Demikian pula bagian keuangan, juga harus memperhatikan risiko adanya tindakan kecurangan, kekurangan modal, kesalahan pencatatan, dll. Berbagai risiko di bagian keuangan ini akan berdampak pada berkurangnya keuntungan, tidak sehatnya usaha, hingga terganggunya bagian lain.

Secara umum, risiko yang telah dijelaskan tersebut sebagian besar berasal dari dalam usaha itu sendiri (kecuali beberapa risiko seperti kurs, turunnya daya beli konsumen, dll). Namun demikian, masih ada beberapa risiko dari luar perusahaan yang patut diwaspadai, seperti :

·         Risiko karena perubahan peraturan pemerintah, seperti penataan jalur hijau, berkaitan dengan pajak usaha, maupun ijin-ijin usaha lainnya

·         Risiko adanya bencana alam, yang seringkali tidak terduga

·         Risiko perkembangan teknologi yang begitu cepat, sehingga tekologi yang ada menjadi cepat usang atau tertinggal

·         Reaksi masyarakat yang bisa muncul tiba-tiba, hanya karena sebuah isu

·         Pemberitaan media masa, dll

Dengan semua penjelasan tersebut di atas akhirnya dapat dipahami, bahwa setiap usaha memang tidak dapat terlepas dari adanya risiko usaha, dan sekalai lagi yang dapat dilakukan hanya mengelola sebaik mungkin risiko tersebut, sehingga dampak kerugiannya dapat ditekan.

Selanjutnya, bagaimana cara mengelola risiko-risko tersebut ? Secara ringkas, inilah lima langkah dasar untuk mengelola risko tersebut :

1.       Identifikasi (buat daftar ) setiap risiko yang bisa terjadi

2.       Lakukan analisis dan rangking atau urutkan sesuai dengan besarnya dampak kerugian yang akan ditimbulkannya

3.       Tentukan upaya-upaya untuk mengatasinya, sesuai dengan urutan yang ada

4.       Lakukan upaya tersebut, sesuai pilihan skenario ya
ng telah dibuat

5.       Lakukan evaluasi

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa :

Pertama, setiap pelaku usaha pasti akan menghadapi berbagai macam risiko yang apabila tidak dikelola dengan baik risiko tersebut, maka bisa mengakibatkan kerugian.

Kedua, secara umum, pelaku usaha seringkali tidak bisa menghilangkan risiko kerugian yang akan terjadi, yang dapat dilakukan hanya mengurangi risiko tersebut, dengan berbagai upaya atau peengelolaan risiko yang ada.

Dengan penjelasan yang sederhana, kelima langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Pertama, pelaku usaha perlu mengidentifikasi dan membuat daftar risiko apa saya yang akan dihadapi dan bisa merugikan usahanya. Sebagai contoh sebuah usaha SEPATU, dapat membuat daftar resiko usaha sebagai berikut :

a.       Risiko bahan baku (kulit) yang tidak selalu tersedia

b.      Risiko karena selera konsumen yang selalu berubah

c.       Risiko kenaikan harga bahan baku lainnya, dan seterusnya

Yang perlu dipahami dalam tahap ini adalah, bahwa setiap pelaku usaha memiliki risiko yang bisa saja sama dengan usaha yang lain (risiko kenaikan harga misalnya), namun juga bisa berbeda antara satu jenis usaha dengan jenis usaha lainnya. Sebagai contoh jenis risko yang dihadapai usaha SEPATU akan berbeda dengan risiko usaha dari usaha BAKSO.

Kedua, Menganalisis dan mengurutkan risiko-risiko dalam dalam daftar yang sudah dibuat tersebut, mulai dari yang paling penting (karena paling berbahaya atau karena potensi ruginya paling besar) sampai jenis risiko yang tidak terlalu penting. Sebagai contoh, bagi pengusa sepatu di atas, perubahan selera konsumen adalah risiko yang paling harus diperhatikan, baru menyusul risiko karena sulitnya bahan baku dan seterusnya.

Yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah, bahwa risiko yang penting bagi seorang pengusaha belum tentu penting juga untuk pengusaha yang sama. Sebagai contoh di atas, bagi seorang pengusaha sepatu yang sangat kreatif, perubahan selera konsumen bukanlah masalah baginya, justru kelangkaan bahan baku yang perlu harus diwaspadai.

Ketiga, setelah tau mana risiko yang prioritas dan mana risiko yang kurang prioritas, maka langkah selanjutnya adalah memutuskan dan menyiapkan langkah-langkah untuk mengatasi risiko tersebut. Dalam contoh di atas, risiko karena adanya perubahan selera konsumen harus di atas dengan diversifikasi dan ide-ide kreatif untuk produk sepatu yang diproduksi, kesulitan bahan baku diatasi dengan memperbanyak jsumber pemasok, dan persediaan yang cukup dan setrusnya.

Beberapa tip yang dapat dilakukan adalah :

1.       Kalau risiko tersebut sering terjadi dan bila terjadi dampaknya besar, lebih baik hindari saja melakukan usaha tersebut, karena potensi ruginya menjadi sangat besar. Misalnya bila suatu usaha terletak di daerah yang sering terjadi gempa bumi. Jangan berusaha di tempat tersebut.

2.       Kalau risiko tersebut jarang terjadi namun sekali terjadi dampaknya besar, lebih baik diasuransikan. Misalnya adanya pencurian.

3.       Kalau risiko tersebut sering terjadi namun dampaknya kecil, lakukan langkah pencegahan saja. Misalnya terjadinya hujan ditengah-tengan jam operasional usaha

4.       Kalau risiko tersebut jarang terjadi dan dampaknya juga kecil, hadapi saja risiko tersebut. Kehabisan persediaan plastik pembungkus misalnya.

Keempat, lakukan apa yang sudah direncanakan dan dipilih untuk mengatasi berbagai risiko yang ada tersebut. Percuma saja, ketiga langkah di atas sudah baik dan tepat namun tidak dilaksanakan. Bila ini terjadi maka potensi mengalami kerugian tetap akan terjadi.

Kelima, bila sudah dilaksanakan berbagai upaya untuk mengelola dan mengurangi risiko usaha, maka evaluasi harus selalu dilakukan untuk melihat dan mengetahui apakah pilihan upaya untuk mengatasi berbagai risiko yang ada sudah efektif belum. Benarkah potensi kerugian sudah bisa dikurangi, masih tetap saja, atau bahkan malah menjadi semakin besar ? Sebagai contoh, benarkah diversifikasi produk dan memunculkan ide-ide kreatif mampu menurunkan risiko karena perubahan selera konsumen ?

Bila risiko kerugian mulai berkurang berarti tindakan yang dipilih pada langklah ketiga tadi sudah tepat, perlu dipertahankan dan ditingkatkan. Bila risiko kerugian masih sama saja, maka tindakan mungkin perlu dirubah dengan cara pengelolaan risko yang lain atau dikombinasikan dengan yang lain. Bila risiko kerugian malah menjadi semakin besar, maka pilihan tindakan yang diambil kurang tepat, atau muncul risko baru yang menyebabkan potensi kerugian justru semakin besar.

Langkah berikutnya adalah kembali lagi langkah pertama, membuat daftar baru risiko usaha. Mengapa harus membuat daftar baru rissiko secara rutin ? Karena, bisa saja dengan pengelolaan risiko sebelumnya, jumlah risiko usaha menjadi berkurang, masih tetap sama, atau bahkan menjadi lebih banyak. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini bisa terjadi. Perubahan lingkungan usaha, baik dalam perusahaan sendidir, lingkungan sekitar dan lingkungan yang lebih luas sangat mempengaruhi banyak sedikitnya, besar kecilnya, berbahaya tidaknya risiko usaha yang akan dihadapi oleh setiap pelaku usaha.

Demikianlah, para pelaku usaha sekalian, sekilas mengenai risiko usaha dan cara mengelolanya. Sekali lagi risiko usaha tidak bisa dihilangkan sama sekalai, yang bisa dilakukan hanyalah mengurangi dan memperkecil risiko usaha tersebut. Semoga berhasil. Disarikan dari berbagai sumber